Bab 22 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 22

Siska duduk di bawah balkon memandang indah nya langit
malam. Akhir-akhir ini Siksa sibuk dengan kompetisinya, entah kenapa tidak
sedetik pun ia memikirkan Arka yang berada di Indonesia selalu berpikir keras
bahkan mencari dengan menyewa detektif.
Siska dan Roland makin hari semakin dekat, begitu juga
dengan perasaan Roland yang semakin besar karena hari-hari yang di jalani
selalu berdua. Namun tidak dengan Siska masih sama seperti dulu menganggap
Roland sekedar sahabat tidak lebih.
Roland tidak menyalahkan Siska atas perasaan yang makin
besar karena semua ini. Dia sadar semua ini salah nya sendiri kenapa tidak bisa
mengontrol. Jika bisa di pilih Roland ingin memutar kembali waktu semasa SMA.
"Ngapain melamun malam-malam? gak baik buat perempuan
nanti kesambet kunti." Ucap Roland mengangetkan Siska.
"Astaghfirullah Roland!" Teriak Siska kaget, sejak
tadi pikiran Siska tidak berada di tempat, melainkan di luar dengan banyak
cabang.
Saat Roland masuk, Siska tidak menyadari karena ia fokus
dengan lamunannya. Roland memandang Siska terus diam sejak tadi datang
menghampirinya. Hal itu sungguh membuat Siska terkejut.
"Habis nya ngapain kamu malam-malam melamun? bukan nya
tidur ini malah melamun gak jelas. Ingat besok jadwal kamu sangat padat,
mending sekarang kamu istirahat." Kata Roland memperingati Siska untuk
tidak terlambat kayak kemarin.
"Iya iya bawel deh kamu, kayak emak-emak yang belum
dapat uang kos aja."
"Habis nya kamu sudah malam bukannya tidur malah
melamun. Apa kamu kepikiran sama Arka hingga kayak gini?" Tanya Roland
penasaran apa yang membuat Siska melamun.
"Gak jelas deh kamu, ini gak ada kaitannya sama Arka.
Aku lagi pikirin gimana memberikan yang terbaik dalam kompetisi bukan yang
lain. Sekarang bukan waktunya untuk pikirin Arka yang penting itu gimana jadi
juara." Balas Siska.
Mendengar penjelasan Siska tidak memikirkan Arka, Roland
menarik nafas lega, ternyata saat ini Siska tidak memikirkan Arka melainkan
yang lain. Apa Siska sudah melupakan Arka atau gimana itu sekarang menjadi
pertanyaan di benak Roland yang terus berputar memutari seluruh organ otak nya.
"Kenapa diam?" Tatap Siska melihat Roland diam
setelah mendengar penjelasan nya.
"Tidak aku hanya lega saja." Ucap Roland
keceplosan.
"Lega kenapa?" Tanya Siska memicingkan mata
meminta penjelasan dari perkataan Roland.
"Itu... " Pikir Roland bingung harus menjelaskan
apa." Aku senang kamu tidak memikirkan yang lain selain kompetesi
kamu." Kata Roland setelah mendapat ide dengan memutar keras otak untuk
menyakinkan Siska dengan kebohongan yang ia buat.
"Ooo gitu."
"Iya kamu berpikir apa emangnya?" Tanya Roland
penasaran emang apa yang di pikirkan Siska hingga curiga dengan perkataan nya
ini.
"Tidak. Gak usah di bahas udah lewat, bukan nya kamu
sendiri suruh aku istirahat kenapa masih di sini? Sekarang aku mau istirahat
jadi kamu bisa keluar." Bangun Siska lalu mendorong kuat Roland mengusir
dari kamar nya.
Siska sendiri bingung entah apa sebenarnya yang ia harapkan
dari penjelasan Roland, kenapa mendadak mendengar penjelasan Roland membuat
mood Siska rusak.
Siska menyimpan banyak pertanyaan di benak nya, kemana arah
perasaan nya sesungguhnya. Apa sepenuh nya milik Arka atau sekarang telah
terbagi dua. Disisi lain Siska tidak ingin kehilangan Arka, dan tidak juga
kehilangan Roland.
Buka nya hal itu egois bagaimana menginginkan kedua pria
sekaligus, Seperti menginginkan permainan saja ingin A dan juga B.
🌿🌺🌿
Setengah mati Aqila berusaha melupakan peristiwa malam itu.
Pagi ketika dia menyadari bahwa dirinya tak lagi sama. Setelah kejadian semalam
dia berusaha menjelaskan pada Arka stop menyalahkan dan menilai buruk tentang
nya. Arka tak menggubris lantaran di benak nya sudah terisi hal negatif bukan
positif lagi mengenai Aqila.
seperti sebelum nya Arka selalu bersikap buruk kepada Aqila,
bahkan kali ini lebih dari sebelumnya. Arka melampiaskan amarah yang ia pendam
semua kepada Aqila.
Setelah puas memaki dan menghina Aqila, Arka juga mengukir
tubuh indah Aqila dengan luka lembap di sekujur tubuh. Sekilas hanya dapat
dilihat di pipi Aqila bekas tamparan dan bagian tangan akibat benturan dorongan
kuat di dinding.
Aqila kini terduduk lemas di tempat tidur, air mata tumpah
berjatuhan. Dia tidak tau harus berbuat apa, selain berdoa meminta kesabaran
hati dan juga kesehatan fit body, agar kuat menghadapi kekejaman dunia yang
kini mengujinya.
"Ya Allah kuatkan hamba mu ini dalam menjalani cobaan
keras nya garis hidupku. Jangan biarkan aku menyerah di tengah jalan, bukan aku
berambisi tidak ingin kalah, aku ingin membuktikan semua tuduhan nya hanyalah
tuduhan palsu tak berbakti. Berikan aku ridho dan restu mu agar semua cepat
terungkap." Doa Aqila penuh harap.
Setelah memanjatkan permintaan kepada kuasa, Aqila segera
bangun dari kasur menuju kamar mandi membersihkan tubuh untuk berangkat kerja.
Selesei mandi Aqila bersiap diri menancapkan beberapa benda
warna warni di wajah cantik nya, untuk menutupi beberapa bekas luka yang sangat
tampak di lihat orang. Aqila tidak ingin banyak orang berasumsi aneh tentang
kehidupan nya. Cukup dia sendiri yang tau jangan sampai orang luar tau bahkan
sahabatnya Dewi sekaligus.
"Pagi Nyonya mau langsung sarapan atau tunggu
dulu?" Tanya Art sopan.
Setelah selesei berkutat sama alat makeup, Aqila keluar
kamar menuju meja makan. Disana dia disambut hangat oleh semua Art yang bekerja
di mansion ini."Pagi juga, langsung saja Bi saya harus segera berangkat
kerja." Balas Aqila.
"Siap nyonya, mau minum susu apa jus saja." Tanya
lagi Art tesebut sebelum menyiapkan sarapan.
"Susu saja Bi, lagi butuh energi berkerja, kalau jus
cocok untuk siang." Sahut Aqila.
"Baik Nyonya, silakan tunggu sebentar, saya akan
menyiapkan dulu." Pamit Art meninggalkan Aqila duduk sendiri di meja
makan.
Menunggu Art menghidangkan sarapan untuknya, Aqila memainkan
ponsel mengisi kejenuhan selalu bosan jika berada di mansion.
"Hufft kenapa aku makin bosan jika berlama-lama di
sini." Gumam Aqila ingin segera pergi dari sini, mansion ini terisi banyak
kenangan buruk, di setiap penjuru ruangan tanpa terkecuali mengingatkan Aqila
pada penyiksaan Arka kepada dirinya tanpa iba.
"Nyonya ini makanan nya!" Kata Art meletakan
Sarapan di meja. Namun tidak ada balasan dari Aqila sebab saat ini dia sedang
melamun. Entah memikirkan apa itu art tersebut tidak tau.
"Nyonya." Panggil lagi Art tesebut melihat tidak
ada pergerakan dari majikan nya.
"Nyonya." Panggil ulang Art menyentuh pundak Aqila
hingga tersadar dari lamunannya.
"Astaghfirullah, Bibi kagetin saja." Aqila
mengelus dada karena kaget tiba-tiba ada sebuah tangan menyentuh pundaknya..……(Bersambungbab 23 )
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 23 Novel Pernikahan Di Atas Kertas
Posting Komentar untuk "Bab 22 Pernikahan Di Atas Kertas "