Bab 18 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 18
"Ada apa dengan mereka kenapa menatap ku seolah
mengejek?" Batin Aqila bertanya bingung.
Aqila menelusuri setiap arah di mana semua karyawan masih
setia memandang nya."Maaf mbak apa ada yang salah dengan penampilan
saya?" Tanya Aqila binggung kenapa sejak keluar dari ruangan Pak Farel
semua karyawan terus memandang aneh Aqila hingga ia sendiri tidak nyaman berada
di situasi seperti ini.
"Apa kamu habis di marahi Pak Farel?" Balik tanya
karyawan tersebut.
"Di marahi?" Ulang Aqila mengerut kening binggung
maksud dari karyawan tersebut.
"Iya kamu di panggil Pak Farel pasti di marahi, tidak
mungkin memuji karyawan lulusan SMA seperti kamu." Hina karyawan tersebut.
Aqila mendengar hinaan karyawan tersebut hanya diam, ia
sadar semua yang mereka ucapkan benar adanya. Namun bukan berarti semua lulusan
SMA itu bodoh.
Dari jauh Dewi dapat melihat Aqila di pojoki semua karyawan
memandang rendah lulusan terakhir Aqila, Karena di perusahaan ini hanya Aqila
seorang diri lulusan SMA yang lain Sarjana tanpa terkecuali.
"Apa-apaan ini! kita disini di gaji untuk bekerja bukan
ngerumpi atau jatuhi sesama karyawan kayak gini." Kata Dewi menceramahi
mereka." Dan kamu," Tunjuk Dewi pada karyawan yang tadi menghina
Aqila."Kamu kira kamu sudah hebat di sini? apa kamu sudah jadi bos sampai
harus merendahkan Aqila hanya karena dia lulusan SMA. Asal kalian tau
kepintaran Aqila gak sebanding sama kamu yang Sarjana. Aqila diterima kerja
dengan jabatan lebih tinggi dari kamu, Bukan berarti sudah jelas Aqila lebih
pintar dari kamu." Balas Dewi penuh penegasan secara tidak langsung
menghina balik Karyawan tersebut.
"Palingan Aqila ada main sama Pak Farel makangnya di
Terima dengan jabatan tinggi." Ucap karyawan tersebut lagi.
Bukan nya bungkam karyawan tersebut semakin terprovokasi
dengan pembelaan Dewi kepada Aqila.
"Ada main gimana maksud kamu hah? apa kamu pikir Aqila
murahan kayak kamu tiap malam mencari kepuasan dengan banyak pria di luar
sana." Skak Dewi membungkam mulut karyawan tersebut.
Karyawan tersebut diam berpikir dari mana Dewi tau semua
ini, apa Dewi selalu memantau sehingga tau pergerakan begitu dalam yang
dilakukan. Tubuh nya mendadak gemetar ketakutan banyak pasang mata berbalik
menatap mendengar perkataan Dewi.
Keringat bercucuran keluar dari wajah Nya, bagaimana tidak?
selama ini ia sudah bermain rapi semata-mata agar tidak ada yang tau.
"Kenapa diam? apa kamu malu? jika tidak ingin semua
makin panjang dan kamu sendiri juga tambah malu, mending kamu pergi
sekarang." Ancam Dewi penuh penekanan.
Mendengar ancaman Dewi karyawan tersebut langsung kabur
melarikan diri mencari aman daripada dipermalukan lagi.
"Hufft di ancam baru kabur, dari tadi kemana Bu? apa
harus di buka dulu kartu As nya." Ucap Dewi geleng-geleng kepala melihat
karyawan tersebut seperti ketinggalan THR.
"Sudah Dewi, kamu gak seharusnya berkata seperti itu,
wajar mereka berpikir seperti itu aku dan kalian berbeda, kalian Sarjana
sedangkan aku tidak." Kata Aqila tidak enak membuat kacau karena
keberadaan nya.
"Lupakan saja Qila gak usah di pikiran, dia pantas di
perlakuan begitu suka seenak menghina dan merendahkan karyawan lain dengan
mulut petasan nya itu. Aku dari dulu sudah pengen bungkam mulut sombong nya
itu, tapi aku belum dapat waktu yang tepat dan sekarang inilah waktu yang bagus
membuatnya diam selama nya." Balas Dewi senyum meriah, akhirnya waktu yang
ditunggu tiba juga, tidak perlu bersusah payah mencari masalah sekarang dialah
yang datang mencari.
🌿🌺🌿
Mood Arka yang awal sudah kacau semakin kacau dengan amukan
Mama Diana yang ngamuk sudah di bohongin Arka.
Yudha pasrah jika ujung nya juga kena semprot, belum juga
mengeluarkan kata pembelaan Arka sudah duluan memaki nya."Dasar bego lho
kenapa harus kasih tau Mama, kan jadi gini ujung nya. Kapan sih lho sehari
melakukan sesuatu menggunakan otak, cape gue lihat kebodohan lho yang gak
pintar-pintar." Maki Arka mengatai Yudha.
"Salah lho sendiri bro, kenapa gak kasih tau sedang
membohongi Mama Diana. Lagian ini bukan salah gue sepenuh nya, tapi salah lho
juga." Protes Yudha membela diri.
"Berani nyalahin gue?" Tantang Arka.
"Yah berani lah emang ini salah lho, kenapa jadi lempar
ke gue yang salah." Balas Yudha
"Ohh gitu jadi lho sudah bosan kerja disini. Yah
silakan siap kan surat pengunduran diri secara terhormat." Kata Arka
mendadak membuat Yudha diam beribu bahasa.
Bagaimana bisa Yudha berani melawan kalau sudah mendengar
kata pusaka keluar dari mulut Arka."Iya iya gue yang salah, lho selalu
benar, mana ada sih seorang Arka Dirgantara berbuat salah atau mengaku salah.
Semua yang dilakukan salah selalu benar jika di bantah kata pusaka akan keluar
dari mulut indah nya." Balas Yudha menyindir Arka.
"Masih berani menyindir?" Tatap Arka dengan
tatapan tajam seakan siap menelan hidup Yudha.
"Yaelah gitu aja ngerasa, kalau gak benar kenapa
marah." Gumam yudha masih bisa di dengar Arka.
"Ooh jadi begitu." Kata Arka dengan nada lembut,
perasaan Yudha sudah merasa hawa tidak baik.
Pletok..
Satu lembaran berkas telak di wajah Yudha. Pelaku santai
memandang Yudha meringis kesakitan.
"Jahat lho bro kenapa gak kasih aba-aba kalau mau
melempar?" Ujar Yudha.
"Kenapa harus di kasih aba-aba?" Tanya balik Arka
membuat Yudha menggaruk kepala yang tidak gatal semua perkataan Arka ada benar
nya, kenapa harus kasih tau.
"Sudah sana keluar siapkan mobil, gue mau balik gak
mood lama-lama berada di sini!" Perintah Arka pada Yudha.
"Siap Pak Arka." Hormat Yudha becanda sebelum
meninggalkan ruangan Arka.
"Hmmm." Balas Arka.
Setelah kepergian Yudha Arka kembali termenung mengingat
adegan panas dengan Aqila. Hal itu membuat di bawah kembali merangsang."Hufft
sialan kenapa hanya memikirkan saja milikku sudah begini. Apa yang terjadi
dengan ku, jangan sampai aku menginginkan lagi." Gumam Arka memijat kepala
yang pusing ketika kembali mengingat adegan panas bersama Aqila.
"Ini tidak boleh terjadi. Aku tidak boleh tergantung
sama perempuan ular, bisa mulunjak jika dia tau ini." Ucap Arka
memperingati diri sendiri.
"Pak Arka Dirgantara terhormat mobil sudah siap."
Ucap Yudha mengangetkan Arka.
"Astaghfirullah, lho gak bisa yah masuk salam atau
ketok dulu." Kaget Arka mengelus dada, jika ia memiliki penyakit sudah di
pastikan akan kambuh saat ini.
"Salah lho sendiri ngapain melamun." Balas Yudha
nyolot..……(Bersambung bab 19 )
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 19 Novel Pernikahan Di Atas Kertas
Posting Komentar untuk "Bab 18 Pernikahan Di Atas Kertas "