Bab 16 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 16
Di ruang kerja Aqila terus mengotak-atik komputer yang
berada di depan meja, ada beberapa file dokumen yang harus ia kirim hari ini ke
CEO.
Waktu istirahat kantor ia lewati meski perut meminta jatah
untuk di isi, Aqila tidak menggubris karena waktu sudah mepet beberapa jam lagi
sudah harus di kirim.
Dewi sudah berulang kali mengajak Aqila tapi selalu di tolak
dengan alasan nanggung waktu mepet ini hari pertama bekerja ia tidak ingin
mengecewakan perusahaan.
Aqila tidak mau di anggap tidak bertanggung jawab di hari
pertama nya bekerja, bagaimana jika ini uji coba yang harus ia lakukan untuk
mengetahui betapa dalam pengetahuan nya.
Ketukan pintu kembali terdengar.
Tok...
Tok...
Tok...
"Masuk." Sahut Aqila tanpa menoleh, mata dan
tangan nya masih fokus pada layar komputer dan jari mungil nya lincah
mengotak-atik keyboard.
"Qila ayo makan nanti kamu sakit kalau terlalu forsi
bekerja." Ucap Dewi membawa sebuah kantong kresek berisi makanan.
Orang yang mengetuk pintu tadi ia adalah Dewi.
Berulang kali mengajak makan selalu di tolak, akhirnya ia
berpikir untuk memesan makanan untuk Aqila. Meski baru dua hari mengenal Aqila,
ia sudah merasa nyaman mungkin karena kepribadian Aqila apa ada nya tanpa malu
mengekspresikan jati dirinya.
"Nanggung Dewi bentar lagi selesei." Balas Aqila
masih sama tanpa menoleh.
"Yah sudah aku kasih waktu 15 menit, dalam waktu
tersebut belum kelar. Sorry aku matiin komputer kamu." Ancam Dewi serius.
Uang bisa di cari kapan saja, tapi tidak dengan kesehatan.
Dewi bukan wanita yang memaksa diri, jika lapar ia akan meninggalkan semua
pekerjaan meski itu penting atau lain nya ia tidak perduli.
"Iya 15 menit." Setuju Aqila mengiyakan.
Belum sampai 15 menit pekerjaan Aqila sudah selesei dan
sudah di kirim langsung ke CEO perusahaan.
"Hebat lho Qila belum sampai 15 menit sudah selesei
saja." Puji Dewi menganggumi kecerdasan Aqila meski lulusan SMA,
pengetahuan nya di atas lulusan Sarjana.
"Hebat apaan sih, nama nya juga profesional kerja jadi
harus tepat waktu." Balas Aqila.
"Profesional kerja sih iya. Tapi ini sudah
melebihi." Ucap Dewi membingungkan Aqila yang tidak paham maksud
perkataannya." Yah sudah lupakan saja, mending kita makan dulu aku sudah
pesan 2, satu untuk kamu dan satu nya untuk aku." Kata Dewi yang sadar
Aqila binggung terpapar jelas dari wajah.
"Terima kasih Dewi, semua ini harga nya berapa?"
Tanya Aqila
"Maksud kamu harga nasi nya?" Tanya balik Dewi
menunjuk nasi bungkus.
"Iya. Harga nya berapa?" Ucap Aqila membuka dompet
mengembalikan uang pada Dewi yang sudah dipakai untuk membeli nasi bungkus nya.
"Ini apaan?" Binggung Dewi dengan sodoran uang
yang diberikan Aqila pada nya.
"Bayar nasi bungkus ini." Tunjuk Aqila mengangkat
nasi bungkus.
"Ngapain bayar Qila, aku ikhlas kamu kayak siapa saja
deh." Geleng Dewi mendengar pernyataan Aqila.
"Tapi aku gak enak makan gratisan Dewi, aku bayar saja
yah." Pinta Aqila masih menolak.
"Yah sudah gini anggap saja hari ini aku traktir kamu,
dan besok giliran kamu traktir aku. Bagaimana kamu setuju gak?" Tanya Dewi
memberi penawaran menarik.
"Okey aku setuju dengan ide kamu. Kalau begitu
sama-sama enak." Balas Aqila.
πΏπΊπΏ
Hari ini Arka bekerja dengan suasana hati yang kacau, entah
kenapa hanya ia sendiri yang tau.
Semua meeting penting ia lempar kepada asisten untuk
menghandle nya.
Saat ini ia tidak bersemangat untuk melakukan apa pun.
Kepala nya terasa pusing. Saat ingin bangun ponsel nya berdering panggilan
masuk. Arka segera mengangkat."Hallo, ada apa Mama menghubungi ku?"
Tanpa basa-basi Arka langsung bertanya.
π:"Anak kurang ajar,
Orang tua telpon bukan nya tanya kabar atau basa-basi, ini malah tanya kenapa,
mau kamu jadi anak durhaka hah?"
π:"Iya maaf, Arka
lagi sibuk banyak klien yang harus temui hari ini juga." Bohong Arka.
Saat ini ia sangat tidak mood menerima telpon kalau bukan
Orang tua nya sudah dipastikan ia akan matikan sambungan tersebut.
π:"Maksud kamu Mama
nganggu jam kerja kamu?"
π:"Mama tidak
nganggu hanya saja sekarang Arka harus segera ketemu klien, sambungan nya di
lanjutkan setelah Arka ketemu klien yah." Bohong Arka sejujur nya ia ingin
istirahat.
π:"Yah sudah kalau
begitu selesei kan pekerjaan kamu, dua jam lagi Mama akan hubungin lagi."
Setelah sambungan terputus Arka meletakkan ponsel di meja
kerja agar tidak mengganggu waktu istirahat nya.
Arka menjatuhkan tubuh di kasur empuk, sambil menatap langit
atap kamar yang berada di ruang kerja.
Ruangan tersebut tidak ada yang tau selain Ia, Yudha dan
Siska kekasih pujaan nya.
Sampai saat ini Arka masih belum mendapat kabar dari orang
suruhan nya tentang keberadaan Siska. Hal itu menambah kepala Arka semakin
pusing.
"Kamu dimana sayang, kemana aku harus mencari kamu,
sudah hampir seminggu tidak ada yang bisa menemukan mu. Aku berdoa di mana pun
kamu berada selalu di lindungi yang kuasa dan di beri kesehatan." Gumam
Arka.
Di sisi lain Yudha asisten Arka terus mengumpat kesal atasan
sekaligus sahabatnya. Tidak pernah bersikap profesional dalam mengatasi masalah
kerjaan.
Arka selalu melepas semua sesuka hati sesuai mood nya, hal
itu membuat Yudha selalu kena imbas jika mood Arka hancur.
"Kenapa aku harus punya atasan seperti Arka, kalau
untuk sahabatan aku fine-fine saja gak ada masalah." Gerutu Yudha kesal
harus bolak balik menemui klien di 5 tempat berbeda.
3 jam sudah Arka berada di alam bawah sadar, bunyi dering
ponsel tidak di dengar Arka saking pulas tidur nya. Yudha yang kini telah
selesei menemui klien langsung masuk ke ruangan Arka tanpa mengetuk pintu
seperti biasa.
"Dimana Arka kenapa membiarkan ponsel terus berdering,
bagaimana jika penting." Ucap Yudha mendekati meja kerja Arka dan melihat
nama penelpon yang sejak tadi menghubungi.
"Astaga ternyata Mama Diana yang telpon, kemana Arka
kenapa bisa membiarkan begini saja." Kata Yudha mengambil ponsel Arka
memencet tombol hijau.
Belum sempat Yudha mengucap salam, Mama Diana sudah lebih
dulu mengoceh.
π:"Dasar anak
durhaka, Mama hubungi berulang kali gak di angkat kemana saja kamu, apa sudah
bosan hidup?" Maki mama Diana di ujung telpon..……(Bersambung bab 17 )
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 17 Novel Pernikahan Di Atas Kertas
Posting Komentar untuk "Bab 16 Pernikahan Di Atas Kertas "