Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 14 Novel Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 14

Arka memperdalam lum*tan dengan kasar tanpa kelembutan, hal itu membuat Aqila menangis kesakitan.

Pukulan Aqila di tepis Arka dengan mencengkram balik tangan Aqila dengan kuat, sehingga Aqila tidak bisa berontak selain menerima perlakuan kasar Arka mengigit setiap inci rongga Aqila.

Butiran kristal bening berjatuhan di pipi Aqila merasa telah di nodai, meski Arka suami nya, tapi Arka sangat membenci nya tidak ada cinta di mata Arka melainkan dendam yang besar.

Arka merasakan tetesan air segera melepaskan dan melangkah jauh dari Aqila.

"Itu akibat jika berani menantang saya, saya bisa melakukan lebih jika mau karena kamu istri saya." Ucap Arka memandang Aqila masih meneteskan butiran bening.

"Stop meneteskan air mata buaya mu, karena saya tidak akan iba padamu, bukan nya kamu senang saya melakukan ini? asal kamu tau di luar sana banyak wanita yang ingin saya lakukan seperti kamu, tapi saya tolak." Sombong Arka muak melihat sandiwara Aqila.

"Kamu kira saya salah satu wanita di luar sana? kamu salah itu, saya bukan mereka yang tergila-gila sama kamu karena saya terbalik sangat membenci kamu." Balas Aqila dengan air mata yang masih mengalir.

"Benar kah kamu sangat membenci saya?" Tanya Arka dramatis seolah kaget." Tapi saya tidak perduli mau kamu membenci atau tidak." Senyum ejek Arka.

"Kamu pria bejat yang saya kenal, saya sangat membenci kamu. Kenapa kamu harus hidup, kenapa tidak mati saja!" Teriak Aqila marah dengan tangisan semakin menjadi.

"Apa kamu mau tau apa arti bejat sesungguh nya?" Senyum miring Arka menautkan Alis mendekati Aqila.

Seketika Aqila menjadi takut karena sudah salah berbicara, bagaimana jika Arka benar melakukan ini. Otak Aqila terus berpikir dengan perasaan takut.

Saat Aqila ingin kabur tangan nya sudah di tarik cepat oleh Arka."Mau lari kemana? bukan nya kamu ingin tau arti kata bejat sesungguh nya?" Arka mendekati Aqila dengan tangan yang sudah menahan Aqila saat ingin kabur tadi.

"Apa yang ingin kamu lakukan? saya mohon jangan lakukan ini." Pinta Aqila berharap Arka mendengarkan nya, tapi sayang Arka sudah kabut dengan ucapan Aqila.

Dengan cepat Arka mengendong Aqila dan menjatuhkan ke kasur dengan kasar." Saya mohon jangan lakukan ini." Pinta Aqila ketakutan dengan tangisan nya.

"Maaf semua sudah telat, bukan kamu sendiri yang bilang ingin tau arti sesungguhnya pria bejat? jadi sekarang saya akan buktikan, kamu cukup nikmati." Ucap Arka berada di atas tubuh Aqila dengan lilitan handuk masih melekat di tubuh nya.

Aqila berusaha berontak namun semua percuma tenaga Arka lebih kuat di banding Aqila.

Arka mengunci pergerakan Aqila hingga tak berkutik melawan. Arka dengan kasar menarik handuk di tubuh Aqila dan membuang sembarang arah.

Mata Arka terperangkap melihat tubuh mulus Aqila menggoda benda di bawah menjadi menenggang. Aqila yang sadar hal ini semakin menangis, sayang nya Arka tidak memperdulikan tangisan Aqila. Tanpa pemanasan Arka membuka pakaian nya dan membuang sembarang arah.

Aqila semakin menangis saat Arka memasukan dan memainkan dengan kasar pada sarang nya. Ini baru pertama bagi Aqila bagaimana Arka melakukan dengan kasar tanpa kelembutan.

Aqila meringis kesakitan bagaimana bisa hal pertama dalam hidup nya di lakukan dengan kasar. Tubuh Aqila terasa remuk seperti di timpah baja, berontak tidak miliki banyak tenaga hingga ia pasrah. Ia terus menangis tanpa henti.

satu jam bergelut ranjang, Arka bangun meninggalkan Aqila terbaring lemah menangis di ranjang dengan mata bengkak.

"Hikss... hikss... dasar pria brengsek aku sangat membenci mu. Kenapa kau lakukan ini, apa salah ku." Tangis Aqila pilu siapa saja mendengar akan ikut menangis.

Aqila bangun dan duduk menggosok seluruh tubuh dengan kedua tangan pada bagian yang di sentuh Arka. Ia berdiri dengan tubuh polos menuju kamar mandi.

🌺🌿🌺

Di sisi lain Arka memaki diri nya sendiri, kenapa ia bisa melakukan ini pada wanita ular. Ia merasa jijik sudah menyentuh Aqila, kenapa tidak bisa mengontrol diri.

"Kenapa aku begitu bodoh bisa menyentuh wanita ular, kenapa mendengar perkataan nya aku menjadi tertantang." Maki Arka memijat pelipis dengan semua kelakuan bodoh nya barusan.

"Tapi kenapa rasa nya sangat nikmat." Gumam Arka mengingat semua yang ada pada Aqila tanpa meleset." Astagfirullah pikir apa sih, kenapa bisa berkata begini bisa besar kepala dia kalau dengar ini."

Pikiran Arka masih saja memikirkan Aqila dengan tubuh polos menambah gairah pria normal yang ingin terus melahap, ia sendiri binggung kenapa bisa terus kepikiran. Awalnya ia hanya ingin memberi peringatan, tapi kenapa jadi malah terjebak dengan peringatan nya sendiri.

Arka mengacak frustasi rambut, melempar sembarang arah benda yang berada di dekat nya hingga hancur berantakan. Sekarang kamar nya telah menjadi kapal pecah, banyak tumpukan beling vas bunga, gelas dan lain benda tajam berserakan.

Arka bangkit dan masuk ke kamar mandi untuk menendang kan pikiran. Ia tidak ingin berlarut dengan sesuatu yang sudah terjadi, percuma menyesal jika semua tidak akan kembali.

Di tempat lain terdengar suara tangisan yang sangat menyedihkan, tangisan tak pernah henti. Aqila merasa jijik bagaimana bisa Arka melakukan ini.

"Aku sangat membenci mu, kau brengsek, bajingan." Maki Aqila meremas selimut kasur dengan erat."Kenapa harus aku Ya Allah. Aku tau dia suami ku, tapi aku belum siap bahkan dia sangat membenciku, bagaimana bisa aku rela." Tangis Aqila rapuh.

Dirinya sangat terpuruk dan hancur saat ini, kehormatan yang ia jaga sudah di rebut paksa oleh Arka dengan cara kasar, di mana banyak pria melakukan dengan lembut dia malah sebaliknya.

Aqila terus menangis hingga malam, Arka yang sudah berada di meja makan menunggu Aqila, tapi belum muncul juga keberadaan nya.

"Bibi dimana Aqila? kenapa jam begini belum turun juga?" Tanya Arka pada Art dengan melihat jam tangannya.

"Saya tidak tau tuan, sejak pulang kerja nyonya belum keluar dari kamar." Sahut Art menunduk tanpa menoleh.

Arka mulai kepikiran dengan perkataan Art."Apa karena tadi." Gumam Arka masih bisa di dengar Art."Tidak mungkin, wanita ular itu pasti sedang merencanakan sesuatu untuk membalas perbuatan ku." Gumam Arka, lagi dan lagi Art itu mendengar nya.

Tidak ingin membuang waktu Arka bangun menyusul Aqila di kamar..……(Bersambung bab 15 )

Penutup

Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 15 Novel Pernikahan Di Atas Kertas

Posting Komentar untuk "Bab 14 Novel Pernikahan Di Atas Kertas "